Konflik berasal dari kata kerja Latin, Configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok), dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Menurut Taquiri
dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial
yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih
pihak secara berterusan.
Faktor penyebab konflik ada beberapa
macam, yaitu:
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang
unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim
dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Akibat Konflik:
- Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
- Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
- Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
- Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
- Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Kasus produk WYETH bermasalah
Pada kasus ini sempat tersebar issue bahwa produk Wyeth di Singapura sudah di tarik dari pasaran karena sudah tidak layak di konsumsi lagi produknya karena susu formulanya mengandung lutein.
Ternyata terdapat kesalahpahaman pada konsumen, yang terjadi sebenarnya adalah bahwa AVA (Agri-Food & Veterinary Authority) Singapore mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada para importir dan agen penjualan susu formula bayi di Singapura yang isinya meminta agar para importir dan agen tersebut tidak memasarkan produk-produk susu formula
bayi yang mengandung Lutein yang di import secara pararel (tidak resmi/
ilegal), Oleh karenanya AVA menyarankan untuk tidak memperdagangkan
produk-produk yang tidak resmi tersebut.
Jadi issue ini bukanlah issue mengenai keamanan pangan tentang kandungan Luteinnya, tapi lebih merupakan issue mengenai pendaftaran / proses registrasi produk yang belum selesai. Wyeth Singapura sudah mendaftarkan produk-produk yang mengandung Lutein ke AVA dan tinggal menunggu approvalnya.
Wyeth sangat memperhatikan kualitas dan keamanan produk-produknya. Semua produk Wyeth yang dipasarkan sudah melalui serangkaian uji kualitas yang sangat ketat mulai dari bahan baku hingga produk jadi. Saat ini Lutein sudah mendapatkan izin untuk digunakan di dalam susu formula di banyak negara di dunia, termasuk China, Malaysia, Hong Kong, Mexico, Indonesia, Columbia, Ecuador dan Amerika Tengah.
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik